Rumawi Dan Kaum
Muslimin
Akan tetapi Kerajaan
Rumawi - yang karena kemenangannya kaum Muslimin telah turut gembira dan
menganggapnya suatu kemenangan bagi agama-agama Kitab - penguasa-penguasanya
tidak mau bersusah payah mempelajari agama baru itu. Mereka memandang semua
kemungkinan hanya dari segi politik semata dan yang dipikirkan hanya nasib
kerajaannya bila agama yang baru itu kelak mendapat kemenangan. Oleh karena itu
mereka malah bersekongkol menentangnya, dengan mengirimkan pasukan
besar-besaran - suatu sumber mengatakan seratus ribu, yang lain mengatakan
duaratus ribu - yang mengakibatkan timbulnya perang Tabuk. Pihak Rumawi
ternyata mundur berhadapan dengan pasukan Muslimin - dengan Muhammad sebagai
komandannya - yang hendak menangkis serangan musuh yang tidak diinginkan itu.
Sejak itulah kaum
Muslimin dan kaum Nasrani berada dalam posisi permusuhan politik, yang selama
berabad-abad berikutnya kemenangan berada di tangan kaum Muslimin. Selama itu
lingkungan kekuasaan mereka membentang sampai ke Andalusia di sebelah barat, ke
India dan Tiongkok di sebelah timur. Sebagian besar daerah-daerah ini menerima
agama baru itu dan bahasa Arab sebagai bahasa yang sudah ditentukan.
Setelah tiba masanya
sejarah harus beredar, pihak Nasrani pun mengusir kaum Muslimin dari Andalusia,
memerangi mereka dengan serangkaian Perang Salib. Mereka menyerang agama dan
Nabi dengan cara yang sangat keji, disertai kebohongan dan fitnah semata-mata.
Demikian kejinya mereka itu, sehingga lupa mereka tentang apa yang pernah
disampaikan Muhammad 'alaihissalam dalam hadis-hadis dan dalam Qur'an melalui
wahyu yang diturunkan kepadanya, bahwa Islam mengangkat martabat Isa
'alaihissalam setinggi yang diberikan Allah kepadanya.