Muslim Ber-Valentine?
PENGARUH hedonisme yang ada di Indonesia, sepertinya masih belum bisa
lepas dari pola pikir sebagian besar masyarakat terutama di
metropolitan. Perilaku konsumtif dan gaya hidup yang gemar berfoya-foya
kadang membuat kita tak henti mengelus dada maupun menggelengkan
kepala. Termasuk perayaan valentine yang masih menjangkiti kawula muda
di kalangan Ummat. Perayaan valentine seakan sudah menjadi ritual
tradisi yang amat sayang untuk dilewatkan.
Bahkan belum lepas dari
ingatan kita mengenai perayaan valentine yang disambut dengan ratusan
paket kondom di beberapa minimarket di sebagian pelosok Ibukota.
Prespektif valentine sebagai hari berkasih sayang inilah yang menjadikan
berbagai pihak ikut memanfaatkan momen ini,terutama dalam segi bisnis.
Padahal,sudah jelas perayaan ini sudah difatwakan haram oleh Ulama dan
dianggap sebagai virus yang berpotensi merusak aqidah ummat.
Valentine acapkali digadang-gadangkan sebagai hari kasih sayang
sedunia.Stigma ini dilandaskan pada background historis hukuman penggal
saint Valentino. Saint Valentino ketika itu memperbolehkan hubungan
cinta antara tentara kerajaan romawi dengan kekasihnya,namun hal itu
menjadi larangan kaisar pada semua bala tentara. Atas ‘pembangkangan’
inilah,maka pendeta tersebut dipenggal oleh kaisar.Background historis
inilah menjadi rujukan hari kasih sayang bagi para pengusung valentine
di dunia barat.Lalu bagaimana ummat Islam merujuk valentine sebagai hari
kasih sayang?
Share this